2 3 binomo 2020

Jadi saya perlu pindahin barang bawaan kos saya dari Jakarta ke kota sekitaran Medan karena tempat tinggal sudah berganti, apakah para komodos disini bisa merekomendasikan jasa pindahan yang pernah dipakai? Kalau bisa yang murah , ada pick up dan terpercaya, soal waktu pengiriman lebih lama saya tidak terlalu masalah.
Detail barang yang akan dipindahan: Kebanyakan barang kotak, tidak ada peralatan berat.
Sebelumnya saya sudah googling buat jasa tersebut ada ketemu sagalogistics.com dan mascargoexpress.com, cuma mau nanya pendapat para komodos yang pernah pakai jasa tersebut, atau bisa merekomendasikan yang lain.
Terima kasih sudah membaca :)
EDIT:-Nambah syarat ada pickupnya soalnya agak repot kalau harus bawa ke pusat pengirimannya-Aku cuma perlu di sisi pengirimannya saja atau mungkin bisa ditambah packing barang supaya bisa lebih kokoh, untuk penyusunan barang di tujuan tidak diperlukan, jadi bisa juga merekomendasikan jasa pengiriman
UPDATE:Akhirnya aku memutuskan buat pake Papandayan Cargo soalnya harga per kg nya nampaknya lebih murah, cuma hati hati mereka ada hitung berat volume, awalnya karena berat asli saya kurang dari 50 kg , saya kira akan tidak terlalu mahal jika ditambah berat volume , tapi ternyata beratnya menjadi 183 kg karena perhitungan volume
barang sudah sampai memakan waktu 3 minggu lebih dan kondisinya 1 kotak berisi makanan seperti kerupuk termakan oleh tikus dan kotaknya ada bolongnya, kemudian diplastikin oleh pihak mereka lagi , aku follow up tak ada balasan lagi dan ganti rugi, terakhir hanya bilang ada investigasi, ditunggu 2 minggu tidak ada kabar (saya follow up tiap hari dan hampir setiap kali dikacangi centang 2 biru atau balasan template nanya no resi kemudian dikacangi lagi)
Saya sangat tidak merekomendasikan memakai jasa mereka (Papandayan Cargo) kecuali ingin murah , bisa sabar menunggu waktu yang lama, dan bisa menanggung sedikit resiko kerusakan khususnya jika mengirim makanan

Ada satu pertanyaan yang penulis sering tanyakan kepada para stock market newbie yang selalu semangat ngepost gainnya. "Apakah tujuan paling utama dari didirikannya sebuah perusahaan?" Biasanya penulis akan menggunakan embel2 perusahaan X, misalkan Telkom. Dan lucu sekali bahwa mereka mencoba menjabarkan panjang lebar bahwa: "Telkom di bidang telekomunikasi bla bla bla bla..." Padahal sebenarnya untuk hal yang simpel, tujuan paling utama perusahaan berdiri hanya satu: Mencetak Laba. Jika ini gagal terus, perusahaan tidak ubahnya Yayasan. Laba adalah tujuan utama perusahaan, entah apapun bidang usahanya.
Nah, ketika perusahaan tersebut mencetak laba, sebenarnya ada 3 hal yang bisa dilakukan dengan laba tersebut. Kali ini penulis akan mencoba mengurutkan bagaimana laba tersebut digunakan dan efeknya untuk investor terutama jangka panjang dari yang menurut penulis paling baik ke yang paling buruk (Nomor 3 bakal membuat anda terkejut!).
​

1. Digunakan untuk Operasional Perusahaan Kembali

Untuk sebab pertama ini seharusnya tidak perlu panjang lebar. Ketika perusahaan mereinvestasikan laba ke dalam perusahaan, entah untuk memperkuat neraca usahanya, menambah kapasitas usahanya lewat Capital Expenditure, ataupun mendiversifikasi bisnisnya dengan mengakuisisi bisnis lain, semuanya dilakukan untuk menambah nilai bagi pemegang sahamnya.
Walaupun begitu, ada istilah Diworsification dimana spin-off dari perusahaan malah membuang-buang uang. Seperti pada contoh akuisisi Gilette untuk masuk ke sektor stationery, memprovokasi pemain lama di stationery yaitu Bic, dimana Bic membalas dengan membuat pisau cukur disposable yang hampir mematikan Gillette, hingga akhirnya divisi stationery Gillette ditutup karena kalah saing dan Bic masih tetap membuat pisau cukur, pulpen, dan korek api hingga saat ini.
Diworsification yang dilakukan Gilette ke usaha lain tidak menguntungkan dan membuang-buang uang saja, dan terkadang lebih baik fokus ke apa yang kita kuasai saja. Tapi poinnya tetap sama, yaitu perusahaan berusaha menggunakan laba untuk mencari peluang baru di luar sana yang bisa saja menguntungkan shareholder, seperti yang dilakukan salah satu pionir rokok tembakau di Indonesia. I have more respect when they try their best at unknown than make those cash sitting doing nothing.

1. Share Buyback!

Banyak investor baru yang tidak tahu betapa powerfulnya langkah pembelian kembali saham oleh perusahaan, yang sering disalahartikan dengan pembelian kembali oleh pemegang saham pengendali. Ketika perusahaan membeli kembali sahamnya, saham tersebut akan masuk ke treasury stock, mengurangi jumlah saham yang beredar dan secara nyata menambah persentase kepemilikan pemegang saham aktif saat ini tanpa harus pemegang saham aktif mengakuisisi lebih banyak saham untuk menambah kepemilikan. Itu artinya, semua perhitungan laba, dividen, ekuitas, aset per lembar yang mewakili naik tanpa harus menaikkan kinerja perusahaan. Seperti kata Warren Buffett dalam Berkshire Annual Letter 2020 dimana kepemilikan publik kepada Berkshire bisa bertambah signifikan 5.2% tanpa harus mengorek isi dompet publik itu sendiri!
Ada salah satu saham properti di Indonesia, sebut saja J dan T dari huruf depan dan belakangnya. JnT melakukan pembelian saham dan terus melakukan sejak awal pandemi hingga hari ini. Memang bagi yang tidak mengerti akan marah karena harga saham JnT tidak naik dengan tiba-tiba padahal udah menyiapkan dana buyback. Ternyata JnT tidak asal hajar kanan saja, melainkan membeli secara perlahan-lahan. Hasilnya akan terlihat untuk long time investor karena lebih sedikit saham = kepemilikan lebih besar dan pembelian yang perlahan membuat JnT dapat membeli lebih banyak tanpa terjadi price hike. Win-Win untuk semuanya!
Mengingat betapa powerfulnya share buyback ini, inilah langkah yang langsung dianjurkan BEI ketika terjadi crash Covid-19 2020 kemarin. Perusahaan dapat meredam kepanikan investor karena memberi pesan membeli kembali berarti perusahaan yakin dengan dirinya sendiri, dan perusahaan dapat memborong saham di harga murah yaitu harga saat crash.
Perusahaan juga punya advantage ketika melakukan share buyback. Karena ini adalah insider trading namun sifatnya legal. Perusahaan tahu persis kondisinya, dan dari info tersebut dia bisa yakin melakukan buyback saham tanpa terkena insider trading. Tidak seperti pemilik yang lainnya.
Walaupun begitu, langkah ini sebenarnya buruk jika perusahaan berada di kondisi yang keuangannya kurang baik, sebagai contoh kasus adalah TBLA yang membeli saham treasury-nya instead of fixing their debt that is piling up. Manajemen seharusnya mengutamakan kesehatan perusahaan terlebih dahulu, karena jika kolaps yang rugi itu semuanya, mulai dari investor sampai pekerjanya dan para pemberi hutang kepada perusahaannya, including suppliers and bond holders.

1. Yang Paling Merugikan: Dibagi dalam bentuk Dividen

I can't believe I write this, tapi ya memang ini adalah keputusan "terburuk" atas penggunaan laba. Di awal berinvestasi, penulis menekankan pentingnya dividen sebagai kompensasi waktu tunggu perusahaan untuk menuju nilai wajarnya. Tapi setelah bertapa dan belajar, penulis berpendapat bahwa dividen sebenarnya tidak terlalu perlu untuk investor. It is good to have, but not necessary. Why?
Ketika perusahaan membagi dividen, ada pajak yang harus dibayarkan sebesar 10%. Itu artinya, laba perusahaan menguap 10% untuk dibayar ke pemerintah. 2 opsi diatas adalah opsi yang jauh lebih baik karena tidak ada pembayaran pajak sehingga laba itu diserap sepenuhnya oleh investor selaku pemilik perusahaan. Selain itu, investor selalu punya nilai intrinsik perusahaan. Dengan mereinvestasikan laba atau melakukan buyback, perusahaan akan membukukan statistik keuangan yang lebih baik sehingga menarik dan menaikkan harga sahamnya lebih cepat ketimbang tertahan oleh laba keluar akibat dividen.
Lagian, jika kamu benar-benar menempatkan diri sebagai pemilik perusahaan, apa mau bagi-bagi labanya dengan orang lain apalagi para copet di bursa? Mending masuk semua ke perusahaanmu, today's return can wait and it will compound to bigger return in the future.
Walaupun begitu, penulis paham jika dividen sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Beberapa investor membutuhkan ekstra cashflow, dan perusahaan yang benar-benar pantas untuk dipegang selamanya itu masih cukup langka plus mental investor super long term masih langka (including me), sehingga it feels good to have early payment than uncertain future.
.
Ada satu alasan lagi yang jauh lebih buruk dan tentu saja merugikan investor, yaitu jika laba tadi dijadikan makanan manajemen nakal dengan menaikkan gaji atau manipulasi-manipulasi lain yang terkadang sulit dideteksi. Tapi secara garis besar, menemukan perusahaan yang berusaha menaikkan nilai kepada pemegang saham adalah perusahaan impian untuk diinvestasikan.
Sekian dan happy investing.